(Part 1)

Oleh: Risma Kholiq

Pembahasan materi dalam seminar teater kecil yang disampaikan oleh Riri Satria, Digital Transformation Reseacher and Consultant Future Challenges to Poetry adalah mengenai apakah tantangan terhadap perpuisian dan kepenyairan? Dalam meghadapi perubahan manusia yang memiliki empat sikap.

Ketika membicarakan peradaban, maka dunia itu telah mengalami lima kali Revolusi. Pertama, ada yang disebut masyarakat (society) 1.0, masyarakat ini dikenal sebagai masyarakat berburu (hunting).

Kedua, terdapat masyarakat (society) 2.0, yakni masyarakat yang suka bercocok tanam (agrilculture). Masyarakat 2.0 dimulai ketika manusia mengenal sistem pertanian, sementara manusia zaman dahulu hanya mengandalkan kehidupan dari alam, seperti berburu yang dilakukan masyarakat 1.0.

Ketiga, masyarakat (society) 3.0 dimulai sejak terjadinya Revolusi Industri di Inggris pada abad ke-18. Keempat, masyarakat (society) 4.0 di mana merupakan masyarakat digital yang mempunyai era digital pertama kali pada tahun 80-an.

Dan yang sekarang terjadi adalah masyarakat cerdas atau (society) 5.0, itu adalah masyarakat yang sudah mampu menggunakan teknologi digital untuk kepentingan dan kemaslahatan hidupnya.

“Teknologi digital bukan hanya milik kaum tekhnolog, tapi teknologi digital milik semua orang, termasuk milik penyair, termasuk hidup, sehingga masyarakat 5.0 tentu saja akan memengaruhi dunia kepenyairan dan dunia keperpuisian,” ujarnya Riri.

“Terus terang mungkin Revolusi Industri ini tidak langsung berhubungan dengan puisi, tapi Revolusi Industri inilah yang menggerakkan masyarakat di atas,” katanya.

Apa itu Revolusi Industri 1.0? “Revolusi Industri 1.0 terjadi ketika manusia menemukan mesin, di mana revolusi ini menjadi revolusi yang pertama kali muncul di Inggris. Terdapat sebuah novel yang menceritakan/menggambarkan dampak dari terjadinya revolusi di Inggris, yaitu Holliver Twist. Ketika itu muncul separasi antar masyarakat, muncul gap antara kaum bourjuis dengan kaum buruh dan itu digambarkan dalam novel Holliver Twist ini, kejadiannya adalah ketika terjadi Revolusi Industri 1.0,” ucapnya.

Jadi, setiap revolusi ini juga membawa/menciptakan suatu peradaban dan juga dituliskan dalam karya-karya sastra.

Revolusi Industri 2.0 terjadi ketika manusia menemukan listrik dan muncul alat-alat elektrik. Dengan listrik, mesin menjadi lebih efektif dan efisien.

Kemudian, Revolusi Industri 3.0 manusia menemukan teknologi digital sekitar tahun 60-an atau 70-an. Sehingga muncullah komputer digital pertama dan juga pekerjaan peradaban diwarnai oleh teknologi digital.

Sekarang, Revolusi Industri 4.0 manusia menemukan internet of things dan kecerdasan buatan. “Internet of things itu artinya adalah dalam sisi kehidupan Anda sudah dipasang banyak sensor-sensor internet sehingga campur tangan manusia itu dikurangi dalam banyak hal.

“Misalnya, Anda pasang sensor di Bendungan Katulampa, Bogor kalau mencapai ketinggian tertentu air, maka sensor itu mengirim pesan ke server Pemda DKI, kemudian Pemda DKI mengirim ke semua Whatsapp warga di Jakarta bahwa ketinggian air di Katulampa sudah mencapai ketinggian sekian,” ucapnya.