Oleh: Risma Kholiq
Minggu (17/04/2022), wawancara
langsung bersama Fajar Abdurrahman, Editor Film “Teluh”. Wawancara ini
dilakukan untuk mengetahui lebih banyak lagi mengenai kehidupan editor film.
Editor film adalah sineas professional yang bertanggung jawab dalam
mengkonstruksi cerita secara estetis dari shot-shot yang dibuat berdasarkan
scenario dan konsep penyutradaraan sehingga menjadi sebuah cerita yang utuh.
Editor film bekerja dengan rekaman
mentah, memilih gambar dan menggabungkannya ke dalam urutan yang membuat film
jadi. Penyuntingan film digambarkan sebagai seni atau keterampilan,
satu-satunya seni yang unik untuk sinema, yang memisahkan pembuatan film dari
bentuk seni lain yang mendahuluinya. Penyuntingan film sering disebut sebagai
“seni tak kasat mata”, karena bila dilakukan dengan baik, penonton dapat
menjadi begitu terlibat sehingga mereka tidak menyadari pekerjaan editor.
Mengapa memilih editor sebagai
profesi? “Karena, didasari dengan suka di bidang komputer dan seni, saat muda
saya terkesan kalau penempatan gambar itu bisa menginterpretasikan cerita yang
berbeda,” jawabnya. Sudah berapa lama berprofesi menjadi editor dan bagaimana
proses dalam belajar mengedit? “Sekitar 15 tahun, dan belajar mengedit secara
otodidak melalui youtube, belajar dengan teman, dan browsing di internet,”
jelasnya.
Apa kesulitan yang pernah dialami
selama menjadi editor? “Kesulitannya adalah gimana caranya kita sebagai editor
menutup ego dalam kreatifitas, karena tidak dapat dibangun sendiri dan harus
ada masukan dari orang lain. Tidak seperti pelukis dan penulis yang secara
mandiri bisa menghasilkan sebuah karyanya sendiri,” ucapnya.
Barang apa saja yang digunakan dalam
mengedit? Dan berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk mengedit film atau iklan?
“Barang yang digunakan adalah 1 set komputer dan minimal 2 monitor, sedangkan
waktu yang dibutuhkan untuk mengedit film adalah satu sampai enam bulan dan dua
hari sampai seminggu untuk iklan,” ujarnya.
Tantangan yang harus djalankan oleh seorang editor, yaitu mengikuti teknologi kamera yang begitu pesat di era digital, harus belajar teknologi dalam film making, dan adaptasi dengan software editing baru. Komputer yang digunakan untuk mengedit setidaknya bisa menghandel dan memiliki sistem yang stabil dan cukup mahal. Tapi, sebenarnya dengan mengerti workflow, komputer sehari-hari pun bisa digunakan untuk mengedit.
Bagaimana menjadi editor yang kompeten dan bernilai? “Menurut saya, editor yang kompeten dan bernilai adalah editor yang peduli dengan karyanya, di mana tidak memandang karya itu hanya sebagai pekerjaan, tetapi adalah sebuah kolaborasi seni,” jelasnya.
1 Comments
Sooo inspiringggggg duh jadi pengen jadi editor nih. Pasti org org d luar sana yang terinspirasi sama dunia pereditoran jadi makin semangat nih pas liat tulisan ini karena terinspirasi. kerennn!!!
ReplyDeletePost a Comment